INTERAKSI SOSIAL
A. TINDAKAN SOSIAL
1.
Pengertian
Menurut Max Weber tindakan sosial adalah
tindakan yang memiliki arti subyektif bagi individu dan diarahkan pada orang
lain. Pada dasarnya tindakan sosial dapat dibedakan menjadi empat tipe tindakan
berikut:
a.
Tindakan
Rasionalitas Instrumental Tindakan yang dilakukan dengan memperhitungkan
kesesuaian antara alat yang digunakan dan tujuan yang akan dicapai. Dalam
tindakan ini individu memiliki macam-macam tujuan yang mungkin diinginkannya,
dan atas dasar suatu kriteria menentukan satu pilihan diantara tujuan-tujuan
yang saling bersaingan ini. Individu lalu menilai alat yang mungkin dapat
dipergunakan untuk mencapai tujuan yang dipilih tadi. Tindakan seperti ini
bersifat rasional. Contoh ketika seseorang membeli laptop ia akan
mempertimbangkan berbagai macam merek laptop dan kemudian menentukan pilihan
terhadap suatu laptop berdasarkan jumlah alat (uang) yang ia miliki serta
manfaat yang akan didapat dari pembelian tersebut.
b.
Tindakan
Rasionalitas yang Berorientasi Nilai Sifat rasionalitas yang berorientasi nilai
adalah dalam mempertimbangkan alat-alat yang akan digunakan dalam mencapai
tujuan. Sedangkan tujuan tindakan itu sendiri berupa nilai-nilai yang sudah ada
dan bersifat absolut. Contoh tindakan religius, dalam melaksanakan
ibadah tujuannya adalah melaksanakan perintah Allah SWT untuk mendapatkan rasa
damai di dalam jiwa. Sedangkan untuk mencapai tujuan tersebut individu dapat
menentukan alat yang dapat digunakan. Seorang muslim dapat melaksanakan puasa,
sholat tahajjud, atau beri’tikaf di mesjid.
c.
Tindakan
Tradisional Merupakan tipe tindakan yang bersifat
nonrasional. Tindakan ini dilakukan tanpa perhitungan secara matang, melainkan
lebih karena kebiasaan yang berlaku selama ini dalam masyarakat. Satu-satunya
alasan bagi individu yang melakukan tindakan tradisional adalah bahwa “inilah
cara yang sudah dilaksanakan oleh nenek moyang kami, dan demikian pula nenek
moyang kami sebelumnya, ini adalah cara yang sudah begini dan akan selalu terus
begini”. Contoh tradisi yang dilakukan karena warisan turun temurun.
d.
Tindakan
Afektif Tindakan yang irrasional karena dikuasai oleh
perasaan (afeksi) ataupun emosi, tanpa perhitungan atau pertimbangan yang
matang. Seseorang yang sedang mengalami perasaan meluap-luap seperti cinta,
kemarahan, ketakutan atau kegembiraan, dan secara spontan mengungkapkan
perasaan itu berarti sedang memperlihatkan tindakan afektif. Contoh
seseorang marah ketika dia merasa dibohongi oleh teman atau orang lain
B.
INTERAKSI
SOSIAL
Interaksi sosial merupakan semua tindakan yang
berciri resiprosikal (timbal balik) atau melibatkan dua belah pihak. Interaksi
sosial erat kaitannya dengan naluri manusia untuk selalu hidup bersama dengan
orang lain dan ingin bersatu dengan lingkungan sosialnya. Naluri ini dinamakan
gregariousness.
1.
Faktor-faktor
Interaksi Sosial Menurut Soerjono Soekanto terdapa empat faktor
yang menjadi dasar proses interaksi sosial.
a. Imitasi yaitu tindakan sosial meniru sikap, tindakan,
tingkah laku atau penampilan fisik seseorang. Contohnya,
b. Sugesti yaitu pemberian pengaruh atau pandangan dari
satu pihak kepada pihak lain, Contohnya,
c. Identifikasi yaitu kecendrungan dalam diri seseorang untuk
menjadi sama dengan idolanya. Identifikasi merupakan bentuk lebih lanjut dari
proses imitasi dan proses sugesti yang pengaruhnya telah amat kuat. Contohnya,
d. Simpati yaitu proses dimana seseorang merasa tertarik
dengan orang lain. Rasa tertarik ini didasari oleh keinginan untuk memahami
perasaan pihak lain atau bekerjasama dengannya. Contohnya,
e. Empati yaitu. Contohnya,
2.
Syarat-syarat
Interaksi Sosial
a. Kontak Kata
kontak berasal dari con atau cum yang artinya bersama-sama dan kata tango yang
artinya menyentuh. Jadi secara harfiah kontak berarti saling menyentuh. Dalam
sosiologi, kata kontak tidak hanya berarti saling menyentuh secara fisik
belaka. Kontak dapat saja terjadi tanpa saling menyentuh. Dilihat dari wujudnya
kontak sosial dibedakan menjadi:
1)
Kontak antarindividu, contoh:
kontak antara anak dengan orang tuanya.
2)
Kontak antarkelompok, contoh:
kontak antara dua kesebelasan di lapangan.
3)
Kontak antara individu dan satu kelompok, contoh:
kontak antara seorang pembicara dan peserta dalam suatu seminar. Dilihat dari
langsung tidaknya kontak itu terjadi, kontak sosial dibedakan menjadi berikut:
1)
Kontak
primer, yaitu hubungan timbal balik yang terjadi
secara langsung. Contoh tatap muka, berjabat tangan.
2)
Kontak
sekunder, yaitu kontak sosial yang memerlukan pihak
ketiga sebagai media untuk melakukan hubungan timbal balik. Contoh
Yanto meminta tolong kepada Joko untuk mengajak Erna bergabung dalam kelompok
diskusi yang dipimpinnya.
b. Komunikasi adalah suatu proses penyampaian pesan (ide,
gagasan) dari satu pihak kepada pihak lain agar terjadi saling mempengaruhi
diantara keduanya. Agar komunikasi bisa berlangsung dengan baik sedikitnya
dibutuhkan komponen-komponen sebagai berikut:
1)
Pengirim atau komunikator (sender)
2)
Penerima atau komunikan (receiver)
3)
Pesan (message)
4)
Umpan balik (feedback)
Soerjono
Seokanto (1982: 60 – 61) mengemukakan bahwa arti terpenting komunikasi
adalah bahwa seseorang memberikan tafsiran pada perilaku orang lain (yang
berwujud pembicaraan, gerak-gerak badaniah atau sikap), perasaan-perasaan apa
yang ingin disampaikan oleh orang tersebut. Orang yang bersangkutan kemudian
memberikan reaksi terhadap perasaan yang ingin disampaikan oleh orang lain
tersebut. Dengan adanya komunikasi tersebut, sikap-sikap dan perasaan-perasaan
suatu kelompok manusia atau orang perseorangan dapat diketahui oleh
kelompok-kelompok lain atau orang-orang lainnya. Hal itu kemudian merupakan
bahan untuk menentukan reaksi apa yang akan dilakukannya. Contohnya,
3.
Bentuk-Bentuk
Interaksi Sosial
a. Proses Asosiatif : Proses
interaksi sosial asosiatif cenderung menciptakan persatuan dan meningkatkan
solidaritas di antara masing-masing anggota kelompok. Proses interaksi sosial
asosiatif meliputi kerja sama, akomodasi, asimilasi, dan akulturasi.
1)
Kerja
Sama (cooperation) adalah suatu usaha bersama antara
orang-perorangan atau kelompok untuk mencapai tujuan bersama. Kerja sama
dibedakan menjadi beberapa bentuk berikut.
a)
Kerja sama spontan (spontaneous cooperation),
yaitu kerjasama yang terjadi secara serta merta.2) Kerja sama langsung
(directed cooperation), yaitu kerjasama sebagai hasil dari perintah atasan
kepada bawahan. Contohnya,
b)
Kerja sama kontrak (contractual cooperation), yaitu
kerjasama atas dasar syarat-syarat tertentu yang disepakati. Contohnya,
c)
Kerja sama tradisional (traditional
cooperation), yaitu kerjasama unsur-unsur tertentu dari sistem sosial. Contohnya,
Menurut James D Thompson dan William J.
McEwen ada lima bentuk kerja sama, yaitu sebagai berikut:
1.
Kerukunan yang mencakup gotong-royong dan tolong
menolong. Contohnya,
2.
Bargaining yaitu pelaksanaan perjanjian mengenai mengenai
pertukaran barang-barang da jasa-jasa antara dua organisasi atau lebih. Contohnya,
3.
Kooptasi (cooptation), yakni
suatu proses penerimaan unsur-unsur baru dalam kepemimpinan atau pelaksanaan
politik dalam suatu organisasi sebagai salah satu cara untuk menghindari
terjadinya kegoncangan dalam stabilitas organisasi yang bersangkutan. Contohnya,
4.
Koalisi (coalition), yakni
kombinasi antara dua organisasi atau lebih yang mempunyai tujuan-tujuan yang
sama. Koalisi dapat menghasilkan keadaan yang tidak stabil untuk sementara
waktu karena dua organisasi atau lebih tersebut kemungkinan mempunyai struktur
yang tidak sama antara satu dengan lainnya. Akan tetapi, karena maksud utama
adalah untuk mencapai satu atau beberapa tujuan bersama, maka sifatnya adalah
kooperatif. Contohnya,
5.
Joint venture, yaitu kerja sama dalam pengusahaan
proyek-proyek tertentu, misalnya pengeboran minyak, pertambangan batubara,
perfilman, perhotelan dan seterusnya. Contohnya,
2)
Akomodasi
(Acomodation) merupakan salah satu cara untuk menyelesaikan
pertentangan, baik dengan cara menghargai kepribadian yang berkonflik atau bisa
juga dengan cara paksaan atau tekanan. Bentuk-bentuk akomodasi antara lain
sebagai berikut:
a)
Koersi merupakan bentuk akomodasi yang terjadi
melalui pemaksaan kehendak pihak tertentu terhadap pihak lain yang lebih lemah.
Contohnya,
b)
Kompromi merupakan bentuk akomodasi ketika pihak-pihak
yang terlibat perselisihan saling mengurangi tuntutan agar tercapai suatu
penyelesaian. Contohnya,
c)
Arbitrasi merupakan bentuk akomodasi apabila pihak-pihak
yang berselsisih tidak sanggup mencapai kompromi sendiri sehingga mengundang
pihak ketiga yang berhak memberikan keputusan. Contohnya,
d)
Mediasi merupakan bentuk akomodasi yang hampir sama
dengan arbitrasi. Namun pihak ketiga yang diundang tidak berhak memberikan
keputusan. Contohnya,
e)
Konsiliasi merupakan bentuk akomodasi dengan
mempertemukan keinginan-keinginan dari pihak-pihak yang berselisih demi
tercapainya suatu persetujuan bersama. Contohnya,
f)
Toleransi merupakan bentuk akomodasi tanpa persetujuan
yang resimi. Contohnya,
g)
Stalemate merupakan entuk akomodasi ketika
kelompok-kelompok yang terlibat pertentangan mempunyai kekuatan seimbang,
sehingga pertentangan antara keduanya akan berhenti dengan sendirinya. Contohnya,
h)
Ajudikasi merupakan bentuk akomodasi dalam penyelesaian
masalah atau sengketa melalui jalur hukum. Contohnya,
3)
Asimilasi merupakan
usaha–usaha mengurangi perbedaan antara orang atau kelompok dengan mempererat
kesatuan tindakan, sikap, dan perasaan dengan memperhatikan kepentingan serta
tujuan bersama. Faktor pendukung asimilasi adalah toleransi, kesempatan
dibidang ekonomi yang seimbang, menghargai kebudayaan lain, terbuka, ada
persamaan unsur kebudayaan, perwakilan campuran dan musuh bersama dari luar. Contohnya,
4)
Akulturasi adalah
proses penerimaan dan pengolahan unsur-unsur kebudayaan asing menjadi bagian
dari kebudayaan suat kelompok tanpa menghilangkan kepribadian kebudayaan asli. Contohnya,
b. Proses Disosiatif
Proses –proses interaksi sosial disosiatif sering
disebut sebagai oppositional processes. Proses interaksi sosial disosiatif
cenderung menciptakan perpecahan dan meregangkan solidaritas di antara anggota
kelompok.
1)
Persaingan (Competition) Persaingan
merupakan suatu proses sosial ketika ada satu pihak atau lebih saling berlomba
dan berbuat sesuatu untuk mencapai kemenangan tertentu. Persaingan terjadi
apabila beberapa pihak menginginkan sesuatu yang jumlahnya sangat terbatas. Bentuk-bentuk
persaingan yang terjadi dalam masyarakat adalah sebagai berikut:
a)
Persaingan ekonomi. Persaingan
ini timbul karena terbatasnya persediaan apabila dibandingkan dengan julah
konsumen. Persaingan merupakan salah satu cara untuk memilih produsen yang
baik. Contohnya,
b)
Persaingan kebudayaan. Terjadi
sewaktu Kebudayaan Barat yang dibawa oleh orang-orang Belanda pada akhir abad
ke-15 berhadapan dengan kebudayaan Indonesia. Contohnya,
c)
Persaingan kedudukan dan peranan. Di
dalam diri seseorang maupun di dalam kelompok terdapat keinginan-keinginan
untuk diakui sebagai orang atau kelompok yang mempunyai kedudukan serta peranan
yang terpandang. Apabila seseorang dihinggapi perasaan bahwa kedudukan dan
peranannya sangat rendah, dia hanya menginginkan kedudukan dan peranan yang
sederajat dengan orang-orang lain. Contohnya,
d)
Persaingan ras. Sebenarnya
persaingan ras juga merupakan persaingan di bidang kebudayaan. Misalnya
sebelum perang Dunia Kedua, para guru berkulit putih tidak mengajar di Jepang
karena kalah bersaing melawan guru-guru lokal. Persaingan dalam batas-batas
tertentu dapat mempunyai beberapa fungsi yaitu sebagai berikut:
Ø
Untuk menyalurkan keinginan individu atau
kelompok yang bersifat kompetitif.
Ø
Sebagai jalan dimana keinginan, kepentingan
serta nilai-nilai dalam masyarakat tersalurkan dengan sebaik-baiknya.
Ø
Sebagai alat untuk mengadakan seleksi atas
dasar sosial.
Ø
Sebagai alat untuk menyaring warga untuk
mengadakan pembagian kerja.
2)
Kontravensi merupakan sikap menentang secara tersembunyi
agar tidak sampai terjadi perselisihan secara terbuka. Menurut Leopold von
Wiese dan Howard Becker terdapat lima bentuk kontravensi:
a)
Kontravensi umum, misalnya: penolakan,
keengganan, protes.
b)
Kontravensi sederhana, misalnya menyangkal pernyataan
orang di depan umum.
c)
Kontravensi intensif, misalnya: penghasutan,
penyebaran desas-desus.
d)
Kontravensi rahasia, misalnya: pembocoran
rahasia, khianat.
e)
Kontravensi taktis, misalnya: mengejutkan pihak
lawan, provokasi dan intimidasi.
3)
Konflik atau Pertentangan. Konflik
berasal dari bahasa latin, yakni configere artinya saling memukul. Konflik
berbeda dengan persaingan dan kontravensi. Konflik berarti pertentangan atau
perbedaan antara dua kekuatan yang sering disertai intimidasi dan kekerasan
untuk saling menguasai. Hal ini disebabkan karena setiap individu ataupun
masyarakat memiliki tata nilai dan ukuran yang berbeda dalam memandang sesuatu.
Kondisi yang berbeda ini akan melahirkan cara pandang yang berbeda pula.
Perbedaan yang dapat menimbulkan konflik atau pertentangan antara lain:
a)
perbedaan ciri fisik (ras)
b)
perbedaan emosi (perasaan)
c)
perbedaan kebudayaan
d)
perbedaan kepentingan
Perbedaan ini akan memuncak menjadi pertentangan apabila
keinginan-keinginan mereka tidak dapat diakomodasikan, sehingga masing-masing
pihak berusaha untuk menghancurkan lawan disertai ancaman dan kekerasan.
4.
Keteraturan
Sosial Sebagai Hasil Interaksi Sosial
Setiap masyarakat selalu mendambakan
ketenteraman dalam hidupnya. Ketenteraman tersebut dapat terjadi apabila
hubungan-hubungan sosial di antara anggota masyarakat dan sistem kemasyarakatan
berlangsung secara teratur sesuai nilai dan norma yang berlaku. Kondisi
masyarakat yang teratur akan menciptakan hubungan sosial dan kehidupan sosial
yang tertib, harmonis, dan teratur. Ada beberapa unsur keteraturan sosial,
yakni tertib sosial, order, keajekan, dan pola.
a.
Tertib
Sosial adalah gambaran tentang kondisi kehidupan atau
suatu masyarakat yang teratur, dinamis, dan aman sebagai akibat adanya hubungan
yang selaras antara tindakan, norma, dan nilai sosial dalam interaksi sosial. Kehidupan
suatu masyarakat yang tertib ditandai oleh beberapa hal antara lain.
1)
individu atau kelompok bertindak sesuai norma
dan nilai yang berlaku;
2)
adanya lembaga sosial yang saling mendukung;
3)
adanya sistem norma dan nilai sosial yang
diakui dan dijunjung tinggi oleh anggota masyarakat;
4)
adanya kerjasama yang harmonis dan
menyenangkan.
b.
Order, menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia, order diartikan sebagai perintah atau pesanan
untk melakukan sesuatu. Dalam sosiologi, order adalah sistem norma dan
nilai-nilai sosial yang berkembang, diakui, dan dipatuhi oleh seluruh anggota
masyarakat.
Contoh order seperti perintah untuk melaksanakan kerja bakti membersihkan selokan, membersihkan halaman dan bersih desa.
Contoh order seperti perintah untuk melaksanakan kerja bakti membersihkan selokan, membersihkan halaman dan bersih desa.
c.
Keajekan adalah
gambaran suatu kondisi keteraturan sosial yang tetap dan relatif tidak berubah
sebagai hasil hubungan yang selaras antara tindakan, norma, dan nilai dalam
interaksi sosial. Contoh keajekan antara lain sebagai berikut:
1)
Setiap pagi siswa pergi ke sekolah dengan
mengenakan pakaian seragam sekolah, mengikuti pelajaran, dan kegiatan lain di
sekolah.
2)
Ayah pergi ke kantor untuk bekerja demi
kesejahteraan keluarga.
Kegiatan para siswa dan pekerja dalam contoh tersebut bersifat tetap menurut ketentuan dan aturan yang telah ditetapkan dalam kehidupan bermasyarakat.
Kegiatan para siswa dan pekerja dalam contoh tersebut bersifat tetap menurut ketentuan dan aturan yang telah ditetapkan dalam kehidupan bermasyarakat.
d.
Pola dalam
sosiologi berarti gambaran atau corak hubungan sosial yang tetap dalam
interaksi sosial. Contoh pola antara lain:
1)
Seorang siswa harus menghormati gurunya.
2)
Seorang harus berbakti pada orang tuanya.
Terbentuknya pola dalam interaksi sosial tersebut melalui proses
cukup lama dan berulang-ulang. Akhirnya. Muncul menjadi model yang tetap untuk
dicontoh dan ditiru oleh anggota masyarakat. Oleh karenanya, pola sistem norma
pada masyarakat tertentu akan berbeda dengan pola sistem norma masyarakat
lainnya.